Monday, March 29, 2010

Gara – Gara Cinta

Tema : Persahabatan
Judul : Gara – Gara Cinta
Alur Cerita : Alur maju karena urutan cerita ini dengan waktu yang runtut dari awal hingga akhir.
Peristiwa :
 Tempat : Disekolah, Dirumah Putri, Dirumah Neyla, Di Taman Pancasila.
 Kejadian : Seorang cowok yang bernama David dan David adalah cowok
Putri. Putri, Neyla, dan Desi adalah sahabat sejak awal
mereka masuk Sekolah Menengah Pertama Negeri 31 Maluku.
Suatu hari Putri bertengkar hebat dengan Desi sahabatnya
sendiri dan persahabatan kami yang telah berjalan selama
satu tahun telah diambang perpisahan, karena David cowok
Putri suka dengan Desi dan Desi pun suka dengan David, dan
itu membuat Putri kesal dengan sikap Desi. Tapi Neyla
berusaha untuk mengembalikan persahabatan mereka seperti
dulu. Dan usaha Neyla berhasil menyatukan Putri dan Desi.
Akhirnya persahabatan mereka utuh dengan kepergian cinta
David.

Penokohan : Putri Keras kepala, Emosional, Egois, Baik.
Neyla Baik, Pengertian, Suka menolong, Penyabar.
Desi Baik, Rendah hati, Pengertian, Penyabar.
David Penghianat, Pembohong, Rendah hati.
Konflik :
 Sub Konflik : Putri mengetahui isi buku harian Desi yang isinya, kalau
selama ini David suka sama Desi dan diam – diam
ternyata Desi juga menyimpan rasa suka pada David
 Central Konflik : Persahabatan Neyla, Putri, dan Desi diujung perpisahan
karena keegoisan Putri yang tidak mau mendengarkan
penjelasan Desi.
Penyelesaian : Neyla mengumpulkan Desi, Putri dan David di suatu tempat yaitu
taman Pancasila.










Gara – Gara Cinta
Aku adalah Neyla aku sekarang duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama di Maluku. Sejak akau menjadi siswa baru aku bertemu dengan teman baruku yang bernama Putri dan Desi. Mereka juga bersekolah di SMP 31 Maluku.
Sejak awal bertemu aku merasa diantara kami ada suatu ikatan sahabat, tapi awalnya kami merasa ragu untuk bercerita antara satu sama lain. Waktu terus berjalan hingga diantara kami bertiga terdapat rasa saling kepercayaan. Dan terbukti hingga sekarang kami duduk dikelas VIII, kami tetap jadi sahabat.
Ketika kami sedang jam kosong kami duduk santai di taman sekolah yang letaknya tak jauh dari kelas.
Putri : “Hai……….”
Neyla : “Apa Put ?”
Putri : “Enaknya kita bicarain apa ya ?”
Desi : “Berbicara tentang aku aja.”(tersenyum)
Neyla : “Aduh ternyata kamu Percaya Diri juga.”
Putri : “Iya nih si Desi.” (tersenyum)
Neyla : “Eh Put gimana hubungan kamu dengan David sekarang ?”
Putri : “Baik – baik saja kok.”
David adalah cowok Putri yang sekarang duduk di kelas X di sekolah Madrasah Aliyah Negeri 35 Maluku.
Ketika sedang asyik berbincang bincang tiba – tiba Desi meminta kami untuk kembali lagi ke kelas.
Desi : “Kita ke kelas yuk.”
Putri : “Aduh males banget deh aku.”
Neyla : “Iya nih ngapain sih ke kelas ? Nanti aja kalau jam pelajarannya
bu Rini.”
Desi : “Ya sudah kalu gitu aku ke kelas duluan ya !”
Putri : “Aduh Des disini saja napa ?”
Desi : “He…..He……
Sory aku lom ngerjakan PR dari bu Rini teman.” (meninggalkan taman)
Neyla : “Tetap saja kamu itu Des dari dulu.”
Desi : “Ha…Ha… Biarlah .” (tersenyum)
Putri&Neyla : (menggelengkan kepala)
Lama Putri dan Neyla berbincang sampai – sampai keduanya tidak mengetahui kalau bu Rini masuk ke kelas. Untung saja Desi mengirim pesan singkat ke HP Neyla, kalau bu Rini sudah dating ke kelas.
Neyla : “Put bu Rini sudah ada di kelas !”
Putri : “Ah…..Belum kok.”
Neyla : “Iya bener nih aku di SMS Desi nih. Ayo kita cepat ke kelas.”
Putri : “Ya sudah ayo !”
(Putri dan Neyla pergi ke kelas dan meninggalkan taman sekolah).
Putrid&Neyla : “Assalamu’alaikum.”
Bu Rini : “Wa’alaikum salam. Yah silahkan masuk kalian !”
(Kami pun langsung mencium tangan bu Rini kemudian duduk di tempat duduk kami masing – masing.)
Desi : “Eh dari mana saja sih kalian ?”
Neyla : “Dari tadi kami di taman Des.”
Desi : “Kalian tidak tau kalau ada bu Rini masuk ?”
Putri : “Tidak. He….He…..”
Desi : “Gitu saja sok banget kamu !”
Untung saja tadi aku ngasih tau kalian.” (tersenyum)
Neyla : “Ya deh makasih Desi cantik.”
Desi : “Ya sama – sama.” (tersenyum)
Putri : “Aduh kalian dari tadi bicara saja, nanti kalau dimarahi bu Rini tau rasa
kalian.”
Neyla&Desi : “Ya, aku diam.”
Siswa – siswi di kelasku pun mengikuti pelajaran dengan tenang dan baik. Sampai akhirnya tak terasa jam pelajaran terakhir pun berusai dan kami semua bergegas untuk pulang keruumah masing –masing. Tiba – tiba.
Bu Rini : Putri kamu pimpin untuk berdo’a !
Putri : “Ehm. Iya bu.”
(Kemudian Putri pun memimpin do’a untuk mengakhiri pelajaran.)

Putri : “Di tempat duduk siap grak. Berdo’a dimulai !
………………Selesai.”
Bu Rini : “Ya saya akhiri Wassalamu’alaikum Wr.Wb.”
Siswa Siswi : “Wa’alaikumsalam Wr.Wb.”
Kami semua berdiri dan mencium tangan bu Rini. Kemudia teman – teman ada yang langsung pulang dan ada juga yang ke tempat sepeda. Aku, Putri dan Desi mengambil sepeda terlebih dahulu karena sepeda kami memang kami letakkan di parkir sepeda siswa. ketika menuju parkir sepeda siswa sambil bercanda gurau.
Neyla : “Eh ternyata kamu tadi bisa juga ya mimpin do’a.”
Desi : “Iya aku juga heran tadi bahkan sempat ragu.”
Putri : “Iya terus hina terus.”
Desi : “Ney lihat dia ngambek.” (melihat wajah Putri)
Neyla : “Waw Lucu juga ya Putri kalau lagi ngambek, imut kayak marmot.”
Putri : “Sialan kalian. Memang beruntung aku punya teman aneh kayak kalian.”
Neyla&Desi : “Kita gitu loh. Ha..Ha..”
Putri : “Oh ya nanti kan malam minggu kalian nanti ada acara tidak ?”
Desi : “Kalu aku sih tidak, tapi tak tau aku kalau Neyla ?”
Neyla : “Tidak ada kok. Emang ada apa Put ?”
Putri : “Nanti pukul 19.00 kalian ke rumah aku ya !”
Neyla : “Emang kamu tidak keluar dengan David Put ?”

Putri : “Aduh males aku dia sulit sekali untuk diajak komunikasi sekarang dia
Parkir tidak kayak dulu lagi, ada saja alasannya kalau aku ajak keluar.
Sudahlah pokoknya kalian nanti haarus kerumah ya. Oh yaw Des apa
kamu nanti tidak pergi keluar dengan Rizky ?”
Desi : “Tidak Put aku dengan Rizky sekarang hanya teman. Jadi yaw santai
sajalah ! Kamu Ney tidak pergi dengan Reza ?”
Neyla : “Tidak nanti malam dia ada acara keluarga. Jadinya keluarnya ditunda
besok pagi deh.”
Putri : “Ya sudah deh pooknya nanti kalian aku tunggu dirumah ya.
Sampai nanti my Friends.”
(Setelah sampai parkir sepeda kami pun mengambil sepeda kami kemudian pergi meninggalkan tempat dan pulang ke rumah kami masing – masing.)
Malam harinya aku dan Desi pergi ke rumahnya Putri. Sesampai di sana kami bercanda gurau. Tapi di tengah canda tawa kita tiba – tiba Putri terdiam, kemudian dia CURHAT pada aku dan Desi.
Desi : “Ada apa nih kok kami disuruh kesini ?”
Neyla : “Ada bonusan makanan enak mungkin Des ?”
Desi : “Iya mungkin.”
Putri : “Tenang.” (tersenyum)
Neyla : “Kenapa tu wajah kok kusut benar. Pasti David ?”
Desi : “Sok tau loh Ney.” (tersenyum)
Putri : “Iya nih Neyla. Tapi ada benarnya sih.”
Desi : “Memang ada apa dengan David Put ?”
Putri : “Aku sekarang malas dengan dia lagi, aku ingin putus dengan dia.”
Desi : “Yang benar saja ?
Kamu yakin ? Emang ada apa sih ?”
Neyla : “Iya nih si Putri. Apa kamu tidak sedih meninggalkan dia setelah satu
tahun kalian berhubungan ?”
Putri : “Sebenarnya aku masih suka banget sama dia.” (menteskan air mata)
Desi : “Terus mengapa kamu punya niatan untuk meninggalkan dia ?”
Putri : “Aku bosan diginiin terus ?”
Neyla : “Maksud kamu ?”
Putri : “Dia jarang sekali temuin aku, dia jarang berkomunikasi dengan aku
tidak seperti dulu. Aku merasa dia berusaha menjauh dari aku.”
Neyla : “Ah itu mungkin perasaan kamu aja Put.”
Desi : “Iya Put. Jangan menyimpulkan sesuatu secepat itu dong !”
Putri : “Aku sebel teman. Aku tidak kuat kalau dibeginiin terus. Aku berperasaan
kalau dia punya cewek lagi.” (meneteskan air mata)
Neyla : “Sudahlah Put. Jangan terlalu dipikirin !” (merangkul Putri)
Putri : (menangis dipundak Neyla.)

Neyla : “Coba aja Put ajak dia ketemuan bilang saja kalau ketemuan
ini penting banget. Bagaimana menurut kamu Des ?”
Desi : “Terserah Putri sajalah. Tapi itu juga baik juga sih Put.”
Putri : (menganggukkan kepala)
Neyla : “Sudahlah Put. Jangan nangis kalau kamu nangis kami berdua juga ikut
sedih Put.”
Desi : “Iya Put sudahlah jangan menangis lagi !”
Putri : (mengusap air matanya dan kemudian memeluk aku dan Desi.)
Desi : “Ney kita pulang yuk sudah pukul 20.30 nih. Aku takut tau sendiri kan jalan
kerumah aku rawan penjahat.”
Neyla : “Ya sudah nanti kasihan kamu. Put kami pulang dulu ya.”
Desi : “Ya Put sudah malam.”
Putri : “Iya deh, terima kasih ya teman atas kedatangan kalian dan sarannya.”
Desi : “Iya tidak apa – apa Put. Inilah gunanya sahabat.”
Neyla : “Betul sekali.”
Desi : “Da…………..Put. Good Night.” (tersenyum)
Putri : “Da……………….Hati – hati kalian !”
(Kemudian Desi dan Neyla pulang meninggalkan rumah Putri dan menuju rumah masing – masing.)

***
Pada hari Senin dan semua siswa masuk sekolah seperti biasa. Dan pada saat itu setelah upacara bendera kami semua kembali kekelas untuk mengikuti pelajaran sesuai jadwal pelajaran pada hari itu. Dan pada saat itu kebetulan kami waktu pelajaran matematika. Dan kebetulan pada saat guru mata pelajaran matematika yaitu pak Kholiq tidak hadir karena ada halangan. Tapi kami semua diberi tugas.
Putri : “Des buku tugas matematika kamu mana ?”
Desi : “Di tas Put. Ambil saja sendiri !”
Neyla : “Hati – hati loh Des nanti Putri ambil uang kamu loh.” (tersenyum)
Putri : “Tidak mungkin lah Ney.”
Neyla : “He…He…. Just Kidding Put.”
(Tanpa disengaja ternyata Putri mengambil buku harian Desi.)
Putri : “Desi ini buku harian kamu ?”
Desi : “Ya, kamu mau pinjam buku tugas matematika atau buku harian sih ?”
(tersenyum)
Putri : “Kedua – duanya. Ha….Ha…..Ha……”
Neyla : “Dibuka ya Des ?”
Desi : “Terserah kalian deh.”
Neyla : “Coba lihat Put. Seperti apa sih isi buku harian Desi ?”
Putri : “Aku duluan dong kan aku yang temuin duluan.”

Desi : “Maklumlah buku harian artis, jadi ya pantas kalau dibuat rebutan.”
(tersenyum)
Neyla : “Ye PD benar teman aku ini. Ya sudah Put baca bukunya kamu duluan !”
Desi : “Aku malu teman – teman jangan tertawakan aku ya tentang isinya !”
Neyla : “Santai !”
Tiba – tiba Putri dikejutkan dengan salah satu isi buku harian Desi, yang isinya






Setelah membaca isi buku harian Desi, Putri pun langsung memberikan buku harian Desi kepadaku dan langsung meninggalkan kelas dengan wajah yang merah, bermakna penuh dengan amarah.
Neyla : “Put mau kemana kamu ?”
(Putri tak menghiraukan pertanyaanku.)
Neyla : “Des ada apa dengan Putri ?”
Desi : “Aku juga tidak tau Ney.”

Neyla : “Aneh dia tidak biasanya dia kayak begitu.
Oh ya Des ni buku harian kamu. (menyerahkan buku harian Desi) tadi
setelah Putri baca buku harian kamu, tiba – tiba dia langsung pergi
begitu saja.”
Aku tambah heran setelah aku bilang kayak gitu ke Desi, tiba – tiba wajah Desi menjadi pucat. Dia Nampak ketakutan. Aku juga tidak tau apa yang sebenarnya terjadi.
Neyla : “Des ada apa dengan kamu ?”
Desi : “Tidak ada apa – apa kok Ney.”
Neyla : “Tapi wajah kamu kelihatan pucat banget Des. Aku ambilkan obat di
UKS ya ?”
Desi : “Tidak usah Ney terima kasih. Aku ke kamar mandi sebentar ya.”
Neyla : “Iya.”
Setelah beberapa lama Putri kembali kekelas dengan wajah yang pucat. Terlihat seperti anak yang habis menangis. Dia langsung duduk tempat duduknya di sebelah aku.
Neyla : “Ada apa Put ?”
Putri : “Tidak ada apa – apa kok Ney.” (mengusap air matanya)
Neyla : “Tapi Put kamu terlihat seperti habis menangis.”
Putri : “Sudahlah Ney. Aku tidak apa – apa.” (keras)
Kemudian tak lama Putri kembali, Desi pun kembali kekelas. Tapi anehnya mereka terlihat tidak seperti biasanya tingkah mereka berdua aneh dan anehnya juga Putri sepertinya marah pada Desi. Benar – benar berbeda mereka hari ini.
Neyla : “Des ada apa sih ? Apa yang terjadi dengan kalian berdua kok kalian
berbeda banget.”
Desi : “Tidak ada apa – apa kok.”
Tak lama guru bahasa Iggris kami yang bernama pak Mantri datang ke kelas untuk memberikan materi pelajaran pada siswa – siswi di kelas kami seperti biasanya. Dan kami semua pun mengikuti pelajaran dengan baik.
Tidak terasa waktu sudah menujukkan pukul 14.30 WIB. Bel sekolah pun berbunyi sebagai tanda waktu pulang sekolah. Dan siswa – siswi pun bergeges untuk pulang. Begitu juga dengan aku.
Putri : “Neyla, nanti sepulang sekolah ikut aku ya ?”
Neyla : “Kemana Put ?”
Putri : “Nanti saja aku kasih tau ya Ney.”
Neyla : (menganggukkan kepala dan tersenyum)
Seperti biasa, sebelum pulang kami mengakhiri pelajaran dengan berdo’a dan ternyata pada kesempatan ini aku yang dipilih untuk memimpin do’a.
Neyla : “Di tempat duduk siap grak. Berdo’a dimulai !
……….Selesai.”
Pak Mantri : “Ya saya akhiri Wassalamu’alaikum Wr.Wb.”
Siswa Siswi : “Wa’alaikumsalam Wr.Wb.”
Sebelum pulang kami semua mencium tangan pak Mantri. Dan setelah itu aku tidak langsung pulang karena tadi aku diajak Putri tidak tau entah kemana. Dan aku berdiri disebelah pintu kelasku menunggu Putri keluar kelas.
Desi : “Tidak pulang Ney ?”
Neyla : “Iya Des aku nunggu Putri. Tak tau katanya tadi dia mau bicara sesuatu
gitu.”
Desi : “Tentang apa Ney ?”
Neyla : “Aku juga tidak tau Des.”
Desi : “Ya sudah deh kalau begitu. Aku pulang dulu ya Ney.”
Neyla : “Kamu tidak tunggu Putri dulu Des ?”
Desi : “Tidak deh aku pulang duluan saja.”
Neyla : “Ya sudah deh terserah kamu. Hati – hati ya Des.”
Desi : (tersenyum dan kemudian meniggalkan aku)
(Tiba – tiba Putri keluar kelas.)
Putri : “Desi tadi bicara apa ke kamu Ney ?”
Neyla : “Tidak bicara apa – apa. Emang apa yang terjadi dengan kalian
berdua ?”
Putri : “Aku akan member tau kamu, tapi jangan di sini ayo kita ke taman.”
(Aku dan Putri pun pergi ketaman. Dan Putri mengasih tau aku apa yang telah terjadi.)
Neyla : “Ada apa sih Put ?”
Putri : (dia menangis)
Neyla : “Ada apa sih Put ? Cerita dong mungkin aku bias bantu.”
Putri : “Desi Ney. Desi.” (geram)
Neyla : “Iya ada apa dengan Desi ney ?”
Putri : “Dia munafik Ney.” (memukul kursi yang di tempati)
Neyla : “Maksud kamu ? Aku makin tidak mengerti maksud kamu Put.”
Putri : “Ternyata Desi munafik……munafik.” (menangis terisak – isak)
Neyla : “Ya sudah terserah kamu kalau dengan begitu bisa melegakan hati
kamu.”
Putri : “Ney aku mau pulang. Aku tidak kuat lagi.” (menangis terisak – isak)
Neyla : “Ya sudah deh, kita pulang.”
Tapi rasanya aku masih penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi antara Desi dan Putri. Tapi aku coba tanya ke Desi dia bilang tidak ada apa – apa dan aku tanya ke Putri, Putri belum bisa bercerita.
Pada malam hari tiba – tiba Putri datang kerumah aku. Padahal waktu di sekolah antara kami tidak ada janji sama sekali.
Putri : “Hai Ney. Kaget ya ?”
Neyla : “Ya. Ada apa Put ? Kok tumben tidak ada janji tiba – tiba main kerumah ?”
Putri : “Tidak boleh ya ?”
Neyla : “Boleh saja. Lagian kamu sudah sampai disini masa sih kamu aku usir. Tidak
mungkin kan.” (tersenyum)
Putri : “Kamu memang temanku yang baik Ney.”
Neyla : “Aku, Kamu, dan Desi kan memang teman baik.”

Putri : “Tapi aku menganggap kamulah teman baik aku. Desi sekarang bukanlah
teman baik aku.” (keras)
Neyla : “Apa sih yang terjadi antara kalian berdua, kalian aneh banget hari ini tidak
seperti biasanya ?”
Putri : “Kalau dia memang teman baik, tapi kenapa dia munafik sama aku ? Tega dia
Ney.” (matanya berkaca – kaca mengeluarkan air mata)
Neyla : “Maksud kamu ?”
Putri : “Aku tidak menyangka kalau selama ini David suka dengan Desi dan Desi juga
suka dengannya. Mereka berdua memang penghianat, tidak ada bedanya.”
Neyla : “Kamu tau dari mana ? Jangan mengarang deh Put kamu !”
Putri : “Ini beneran Ney ini tidak bercanda. Aku tau dari buku harian Desi. Aku tadi
waktu pelajaran Matematika aku kan meminjam buku tugas Matematika
milik Desi dan aku disuruh mengambil sendiri olehnya. Ternyata aku tidak
sengaja menemukan buku harian Desi dan aku baca isi buku harian Desi
dengan sepengetahuan Desi.”
Neyla : “Iya aku ingat. Tapi itu kan bukan keseluruhan salah Desi Put.”
Putri : (terdiam) “Tapi ini semua yang menyebabkan David jauh dari aku Ney.”
Neyla : “Iya Put aku mengerti. Memang kamu sudah tanya soal ini ke David secara
langsung ?”
Putri : “Sudah Ney.”
Neyla : “Terus jawabannya David bagaimana ?”
Putri : “Di tidak mau jujur dengan aku.”
Neyla : “Sabar aja ya. Besok kita bicarakan ini dengan kepala dingin. Jangan pakai
emosi. Kita tanya langsung besok pada Desi.”
Putri : “Tidak, aku tidak mau berbicara dengan Desi lagi.” (keras)
Neyla : “Put kamu ingin masalah ini menggantung tanpa ada jawaban yang
meyakinkan ?”
Putri : “Tapi aku kesal dengan Desi Ney.”
Neyla : “Iya aku tau. Tapi ini bukan murni kesalahan Desi keseluruhan kan Ney.
Ingat Desi adalah sahabat kita sejak awal kita masuk Sekolah Menengah
Pertama.”
Putri : (terdiam)
Putri terus mengis dan aku tidak berani meneruskan pembicaraan kami. Dia hanya menangis dan tidak menjawab pertanyaanku. Tiba – tiba Putri berbicara dan dia minta ijin pulang karena sudah malam.
Putri : “Ney aku pulang dulu ya. Sudah malam.” (mengusap air matanya)
Neyla : “Kamu tidak apa – apa pulang sendiri ?”
Putri : “Tidak Ney, aku tidak apa – apa kok.”
Neyla : “Ya sudah. Kamu hati – hati ya Put.”
Putri : “Terima kasih ya Ney.”
Neyla : “Ya sama – sama.”
(Putri pulang dan meninggalkan rumahku)
***
Keesokan harinya aku, Putri dan Neyla pergi ke sekolah seperti biasa. Putri terlihat masih marah dengan Desi. Waktu terus berlalu tapi Putri dan Desi belum juga baikan. Persahabatan kita terletak diujung perpisahan.
Neyla : “Hai Des.”
Desi : “Hai juga Ney.”
Neyla : “Ikut aku yuk !”
Desi : “Kemana ?”
Neyla : “Ke perpustakaan aku mau pinjam buku Geografi di perpustakaan.”
Desi : “Ya sudah deh ayo aku antar.”
Aku dan Desi pun pergi ke perpustakaan. Sebenarnya aku tidak berniat untuk meminjam buku tetapi aku ingin bicara dengan Desi tentang masalah Putri dan Desi. Sesmpai di perpustakaan aku tanya ke desi tentang masalahnya dengan Putri.
Neyla : “Des aku sudah tau masalah kamu dan Putri. Aku ingin kalian cepat
menyelesaikan masalah kalian jangan sampai masalah ini berlarut – larut.”
Desi : “Aku sudah mencoba Ney, tapi Putri sama sekali tak menghiraukan
penjelasanku. Setiap kali aku mendekati dia selalu pergi dari aku. Aku juga
ingin kita sepeti dulu lagi.”
Neyla : “Iya. Aku juga tau kalau Putri tuh keras kepala.”
Desi : “Aku juga sedih kalau harus seperti ini Ney.”
Aku tidak tau apa yang harus aku lakukan untuk mempersatukan persahabatan kita seperti dulu. Aku pun terus berfikir dan berfikir agar dapat cara untuk mempersatukan persahabatan kami. Lalu aku punya ide dan aku yakin ide ini pasti akan berhasil menyatukan kami seperti dulu lagi. Karena aku tidak tahan kalau persahabatan kami hancur karena masalah yang tak kunjung selesai.
Aku berniat mengumpulkan Desi, putri dan david di suatu tempat. Ketika berada di depan aku menelfon David. Aku tak peduli apakah pada saat itu dia sedang sibuk atau tidak.
Neyla : “Hallo David ?”
David : “Iya ni David. Ini siapa ya ?”
Neyla : “Ini Neyla Vid.”
David : “Oh Neyla, ada apa Ney ?”
Neyla : “Gini Vid, Nanti pukul 15.30 WIB kamu datang ke taman Pancasila ya !”
David : “Mau ngapain Ney ?”
Neyla : “Sudahlah jangan banyak tanya ! Kamu datang saja. Jangan banyak alasan.
Datang ya aku tunggu kamu. Wassalamamu’alaikum.” (menutup teleponku)
(Kemudian aku langsung menuju kelas dan bicara dengan Putri.)
Neyla : “Hai Put.”
Putri : “Hai Ney, dari mana kamu Ney ?”
Neyla : “Aku dari luar kelas kok Put ma anak – anak tadi berbincang – bincang
didepan kelas.”
Putri : “Oh……………”
Neyla : “Put nati pukul 15.30 WIB kamu ke taman Pancasila ya. Aku tunggu kamu
disana.”
Putri : “Mau ngapain Ney ?”
Neyla : “Sudahlah datang saja nanti juga kamu tahu.”
Putri : “Iya deh.”
Neyla : “Aku tunggu kamu ya Put. Oh ya aku mau ke kamar mandi dulu ya.”
(aku keluar kelas dan aku menuju ke taman dimana Desi sedang duduk)
Neyla : “Hai Des.”
Desi : “Hai….. Ada apa Ney ?”
Neyla : “Oh ya nanti kamu datang ke taman Pancasila pukul 15.30 WIB ya !”
Desi : “Mau ngapain Ney ?”
Neyla : “Sudahlah datang saja nanti kamu juga tau. Datang ya. Aku tunggu !”
(tersenyum)
Setelah itu aku meninggalkan Desi dan pergi menuju tempat teman – temanku berkumpul di depan kelas. Setelah lama bel berbunyi bertanda pulang sekolah dan kebetulan ketika itu dikelas aku sedang jam kosong jadi aku pulang lebih dahulu sebelum bel sekolah berbunyi.
Ketika dirumah tidak terasa waktu menunjukkan pukul 15.00 WIB aku langsung bergegas menuju taman Pancasila menunggu kedatangan David, Putri, dan Desi aku yakin kalau rencana ini akan membawakan hasil.
Neyla : "Sudah pukul tiga sore. Aku harus sampai ditaman Pancasila terlebih dahulu
sebelum teman - teman datang. Aku yakin kalau rencana aku ini dapat
mempersatukan kami lagi. Aku harus berangkat sekarang." (tersenyum)
(Pertama di tempat itu Putri duluan yang datang. Lalu disusul dengan David.)
Putri : “Apa – apaan ini Ney ? Kamu sengaja.”
Neyla : “Maaf ya Put aku tidak bermaksud. Tidak ada cara lain. Maaf, aku hanya
ingin kita akrab seperti dulu lagi, tidak ada pertengkaran diantara kita.”
Putri : (terdiam)
(Tak lama Desi pun datang ke taman Pancasila.)
Desi : “Ada apa ini ?”
Neyla : “Maaf aku mengumpulkan kalian agar diantara kita tidak ada pertengkaran
lagi. Aku pusing kalau diantara kita terus larut dalam permasalahan yang
tidak jelas jalan keluarnya.”
Putri : “Tapi memang bukan salah aku. Kalian berdua munafik. (menunjuk arah Desi
dan David) Kalian tega bermain dibelakang aku.” (meneteskan air mata)
Desi : “Bukan maksud aku kayak begitu Put. Aku minta maaf padamu. Ini memang
salah aku tidak menceritakan ini semua padamu dari dulu.”
Putri : “Terserah kamu mau bilang apa aku tidak akan peduli.”
Desi : “Put aku tau aku memang salah. Tapi tolong maafkan aku Put. Aku tidak mau
persahabatan kita hancur.”
Putri : “Apa kamu bilang sahabat ?”
Desi : “Terserah apa yang kamu katakan padaku aku tetap bisa terima karena aku
memang salah. Tapi aku tak mau kalau aku tidak kamu anggap sebagai
teman kamu lagi.” (menangis)
David : “Sudahlah ini semua memang salah aku. kalian bisa mencela aku, karena aku
persahabatan kalian jadi berantakan. Aku minta maaf yang sebesar –
besarnya, kepada kalian semua apalagi pada Putri . Aku minta maaf karena
selama kamu berpacaran dengan aku kamu telah aku sia – siakan. Selain itu
aku juga menduakan cinta tulus kamu Put. Aku ingin kita pisah dan aku harap
kamu dapatkan cowok yang lebih baik dari aku. Maafkan aku semuanya.”
(Kemudian David pergi meninggalkan kami dan pergi dari taman Pancasila begitu saja dengan wajah yang memerah.)
Neyla : “Apa kalian masih saja saling menyalahkan ? Kalian siap kalau persahabatan
kita selama satu tahun hancur begitu saja karena keegoisan kalian. Apa
kalian tidak ingat kebersamaan yang kita jalani bersama, sedih dan senang
kita lupakan begitu saja. Redam dong keegoisan kalian.”
(Putri dan Desi hanya terdiam dan nangis.)
Putri : “Aku tidak siap kalau aku kehilangan sahabat aku. Sungguh aku belum siap.”
(menangis terisak – isak)
Desi : “Aku juga. Aku minta maaf teman.”
(Desi pun hampir pergi dari tempat.)
Putri : “Desi tunggu. (menghampiri Desi) Maafkan aku ya ?”
Desi : “Tidak Put aku yang salah kamu sama sekali tidak salah.”
Putri : (merangkul Desi)” Neyla sini dong jangan diam saja di situ.”
Neyla : (menangis haru)
Putri : “We are………………”
Desi&Neyla : “best friend forever.”
Akhirnya kami bersatu kembali seperti dulu tanpa cinta David ke Putri maupun Desi. Malah setelah kejadian itu kita semakin akrab seperti saudara sekandung. Kita lebih kompak, lebih saling bantu, dan saling pengertian antara satu sama lain.










Adegan I
1. Di taman sekolah
2. Di kelas
3. Di menuju tempat parkir sepeda siswa
4. Di rumah Putri
Adegan II
1. Di kelas
2. Di taman sekolah.
3. Di rumah Neyla
Adegan III
1. Di perpustakaan sekolah
2. Didepan kelas
3. Di dalam kelas
4. Di taman sekolah
5. Di rumah Neyla
6. Di taman Pancasila

No comments:

Post a Comment

10 Cara Dapatkan Penghasilan Pasif dari Aset Kripto

  Semua pecinta aset kripto nampaknya paham bahwa cara paling umum dalam mendulang cuan di aset kripto adalah dengan   trading . Hanya saja,...