BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan gigi dan mulut sebagai bagian dari kesehatan
badan, ikut berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang. Untuk menilai
status kesehatan gigi dapat dilihat dari ada dan tidaknya penyakit gigi,
diantaranya karies gigi. Karies gigi merupakan penyakit bakterial yang
menyerang gigi dimana bagian organik dari gigi mengalami destruksi, sedangkan
bagian anorganiknya mengalami dekalsifikasi. Karies gigi merupakan penyakit
gigi yang paling banyak ditemukan, meliputi semua usia dan lapisan masyarakat.
Selain itu, dapat menimbulkan komplikasi yang serius berupa penyakit ginjal,
jantung, syaraf, dan sebagainya.
Gigi pertama bayi biasanya keluar antara usia kandungan
4-8 bulan, meskipun pada keadaan-keadaan
luar biasa dapat terjadi sangat cepat yaitu pada saat usia kandungan 3 bulan
atau sangat lambat yaitu 12 bulan. Semua gigi sulung anak biasanya sudah tumbuh
semua pada saat anak berusia 3 tahun. (Steven, 2002: 393)
Pada anak usia prasekolah 4-5 tahun, hilangnya gigi sulung
bisa disebabkan oleh karena tanggal secara alamiah yang harus dibedakan dengan
yang hilang karena karies. (Barbara, 2004: 13)
Faktor resiko terjadinya karies menurut Newbrun (2001)
dibedakan menjadi 2 yaitu faktor dari luar dan faktor dari dalam. Yang termasuk
faktor dari luar yaitu usia, jenis kelamin, suku bangsa dan letak geografis,
sedangkan faktor dari dalam yang
mempengaruhi karies gigi diantaranya plak, substrat dan kerentanan gigi karena
kelahiran prematur. (Barbara, 2004: 15)
Faktor resiko terhadap timbulnya karies gigi anak usia
prasekolah memberikan tingkatan yang berbeda – beda. Faktor dari dalam
memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap terjadinya karies dibandingkan
faktor dari luar, plak dan substrat adalah faktor resiko yang bisa dicegah
untuk menghindari terjadinya karies, sedangkan kerentanan gigi karena kelahiran
prematur merupakan faktor resiko yang sulit untuk dicegah. Tetapi untuk
menghindari hal tersebut bisa dilakukan dengan memberikan pencegahan terhadap
terjadinya kelahiran prematur. (Barbara, 2004: 15)
Kehamilan normal para ibu adalah selama
40 minggu. Menurut metode penentuan usia, kelahiran prematur adalah kelahiran
yang kehamilannya berusia antara 28 - 36 minggu. Bayi-bayi yang dilahirkan
dalam masa seperti ini disebut preterm atau usia kurang dan biasanya memiliki
berat badan lahir antara 1 - 2,5 kg. (Steven, 2002: 111)
Pada kelahiran prematur, pertumbuhan
alat-alat tubuh bayi tersebut belum sempurna. Dan kelahiran seperti ini
memungkinkan juga akan memberikan pengaruh pada keadaan gigi anak. Menjelang
kelahiran, bayi yang lahir prematur dapat kehilangan pembentukan mineral
tambahan yang berperan untuk pertumbuhan dan perkembangan giginya. (Jane, 2004:
12)
Pada bayi prematur, bayi lahir dengan struktur email
yang kurang memadai yang menyebabkan mereka lebih mudah menderita karies gigi
dibanding bayi yang lahir pada waktunya. (Steven, 2002: 397)
Nutrisi dan diet yang seimbang sangat dianjurkan untuk
setiap ibu hamil, karena penting untuk kesehatan ibu dan juga bayi. Kalsium,
fosfor, vitamin dan mineral-mineral yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
perkembangan gigi bayi diambil secara otomatis dari aliran darah ibu. Diet yang
baik sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bayi, tetapi perkembangan
geligi tampaknya lebih banyak dipengaruhi untuk gangguan keseimbangan kalsium
dan fosfor di dalam aliran darah ibu. (Moersistowati, 2002: 63)
Anak balita merupakan kelompok masyarakat yang jumlahnya
cukup besar dan memiliki prevalensi karies gigi yang cukup tinggi, Survei Departemen
Kesehatan Republik Indonesia yang dilakukan pada tahun 2004 menunjukkan bahwa
prevalensi penduduk Indonesia yang menderita karies gigi sebesar 80% dan 70%
diantaranya adalah anak-anak. Penelitian Taverud menunjukkan bahwa prevalensi
karies gigi pada anak berusia 1 tahun sebesar 5%, anak usia 2 tahun sebesar
10%, anak usia 3 tahun sebesar 40%, anak usia 4 tahun sebesar 55% dan anak usia
5 tahun sebesar 75%. Penelitian Rinaldi (1983) terhadap 3450 anak TK di
Yogyakarta menunjukkan bahwa prevalensi karies gigi sebesar 85%, 45% pada
balita perempuan dan 40% pada balita laki-laki. (Edi, 2005: 18)
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada
tanggal 21 Mei 2009 di Desa Manggisan RT01/RW01 Kecamatan Tanggul Kabupaten
Jember dari jumlah 20 anak usia prasekolah didapatkan hasil : jumlah anak usia
prasekolah yang lahir prematur sebanyak 8 anak.
Diet yang seimbang, latihan ringan yang teratur dan
banyak istirahat merupakan unsur-unsur dasar kehamilan sehat. Memahami cara
bayi berkembang dan seberapa awal gigi terbentuk, akan membantu menyadarkan
seseorang bahwa tetap sehat dan bugar selama kehamilan akan memberikan awal
yang terbaik bagi bayi-bayi yang akan dilahirkan. (Jane, 2004: 10)
Dari fenomena diatas penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang ”Pengaruh Kelahiran Prematur terhadap Karies Gigi Anak Usia
Prasekolah (4-5 tahun) di Desa Manggisan RT01/RW01 Kecamatan Tanggul Kabupaten
Jember tahun 2010”
B.
Rumusan Masalah
Dari latar
belakang diatas penulis merumuskan masalah sebagai berikut : ”Adakah hubungan kelahiran prematur terhadap karies gigi anak usia
prasekolah (4-5 tahun) di Desa Manggisan RT01/RW01 Kecamatan Tanggul Kabupaten
Jember tahun 2010?”
C.
Tujuan Penelitian
1.
Tujuan
Umum
Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kelahiran prematur
terhadap karies gigi anak usia prasekolah (4-5 tahun) di Desa Manggisan RT01/RW01
Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember tahun 2010.
2.
Tujuan
Khusus
a.
Mengidentifikasi
kelahiran prematur anak usia prasekolah (4-5 tahun) di Desa Manggisan RT01/RW01
Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember tahun 2010.
b.
Mengidentifikasi
karies gigi anak usia prasekolah (4-5 tahun) di Desa Manggisan RT01/RW01
Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember tahun 2010.
c.
Mengidentifikasi
hubungan kelahiran prematur terhadap karies gigi
anak usia prasekolah (4-5 tahun) di Desa Manggisan RT01/RW01 Kecamatan Tanggul
Kabupaten Jember tahun 2010.
D.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi antara lain :
a.
Manfaat
praktis
1.Bagi Peneliti
Mendapatkan
pengalaman dari penelitian yang dilakukan dan sebagai peneliti pemula manambah
pengetahuan dalam melaksanakan penelitian kesehatan.
2. Bagi Ibu Hamil
Memberikan
himbauan kepada ibu hamil untuk meningkatkan status gizi dan nutrisi saat
kehamilan.
3 .Bagi Desa
Memberikan masukan
kepada masyarakat desa untuk pengadaan dan penerapan peningkatan status gizi
dan nutrisi kepada ibu hamil.
4.Bagi Petugas Kesehatan
Memberikan
gambaran pada petugas kesehatan tentang karies gigi sebagai akibat dari
kelahiran prematur sehingga dapat diupayakan pencegahan terhadap karies gigi
tersebut.
b. Manfaat teoritis
Hasil Penelitian
ini dijadikan sebagai sumber data tambahan bagi peneliti selanjutnya dalam
melakukan penelitian sejenis dengan judul yang lain.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini akan membahas tentang konsep
dasar teori mengenai kelahiran prematur, karies gigi, kerangka konseptual dan
hipotesa.
A.
Konsep Kelahiran Prematur
1.
Definisi Kelahiran Prematur
Menurut
metode penentuan usia, kelahiran prematur atau usia kurang adalah kelahiran
yang kehamilannya berusia kurang dari 37 minggu atau 259 hari dan cenderung
memiliki berat badan lahir kurang dari 2,5 kg. Tingkat kelangsungan hidup
bayi-bayi prematur sangat beragam bergantung pada usia kandungan bayi tersebut.
Bayi-bayi prematur, lahir dengan usia kandungan antara 28 sampai 36 minggu dan
biasanya memiliki berat badan lahir antara 1 sampai 2,5 kg. Sedangkan bayi –
bayi yang lahir pada usia kandungan kurang dari 28 minggu / 7 bulan sudah
dianggap imatur dan biasanya memiliki berat badan lahir kurang dari 1 kg.
(Steven, 2002: 110)
Semakin jauh kelahiran bayi dari usia kelahiran maka semakin rendah juga
tingkat kematangan perkembangan fisiknya. Semakin kurang kematangan bayi
semakin sulit pula ia bernafas, makan dan mengatur suhu badannya. (Steven,
2002: 111)
2.
Penyebab Kelahiran Prematur
Dalam beberapa hal, penyebab kelahiran bayi
prematur ini belum banyak diketahui. Namun ada beberapa kondisi yang
memungkinkan kelahiran prematur tersebut, diantaranya: adanya kehamilan ganda,
adanya kelainan struktur mulut rahim dan rahim, adanya pendarahan yang tidak
seperti biasanya, ibu mengalami hipertensi karena kehamilannya, penyakit kronis
seperti jantung dan diabetes, ibu sering kerja lembur, merokok, minum-minuman
keras, penggunaan obat terlarang, kekurangan gizi dan sebagainya. (Steven,
2002: 112)
Dalam banyak kasus, melalui tes pemeriksaan darah
(skrining), dapat dideteksi keadaan bayi yang tidak tumbuh dengan baik atau
mengalami kondisi medis tertentu yang membuat dianjurkannya persalinan awal. CNamun
beberapa hal kelahiran prematur ini juga bisa terjadi pada usia kehamilan
dimana para ibu dalam kondisi sehat dan menjaga kehamilannya dengan baik.
(Steven, 2002: 113)
3.
Gambaran Bayi yang Lahir Prematur
Bayi yang lahir prematur memiliki gambaran yang
berbeda dengan bayi yang lahir cukup bulan. Sebagai gambaran umum dapat
dikemukakan bahwa bayi yang lahir prematur mempunyai karakteristik:
a.
Ukuran
bayi kecil
b.
Berat
badan bayi kurang dari 2500 gram.
c.
Umur
kehamilan kurang dari 37 minggu.
d.
Kepala
relatif lebih besar daripada badan.
e.
Kulit:
tipis trasparan, rambut lanugo banyak, lemak kulit kurang.
f.
Tangisan
bayi lemah.
g.
Aktifitas
fisiknya sedikit.
h.
Reflek
menghisap buruk.
i.
Mengalami
hipokalsemia yang berakibat kerentanan pada gigi.sehingga cenderung untuk terjadi
karies. (Suririnah, 2005)
4.
Kelainan Metabolik pada Bayi Prematur
a.
Hipoglikemia
Hipoglikemia
terjadi bila gula darah turun dibawah 1,6 mmol/l (30mg/dl) pada bayi aterm atau 1,1 mmol/l
(20mg/dl) pada bayi prematur. Ini lazim terjadi pada ibu diabetes dan ringan
untuk umur kehamilannya. Bayi mungkin asimtomatik atau menderita gejala pucat,
hipotonus, apneu atau kejang. Hipogikemia simtomatik bisa menyebabkan kerusakan
otak permanen. Bayi yang beresiko harus menjalani pemeriksaan gula darah
teratur yang menggunakan Dextrostik.
b.
Hiperbilirubinemia
Ikterus
neonatus bisa karena penyakit hemolitik, defisiensi enzim tertentu dalam hati,
obstruksi saluran empedu atau infeksi. Kenaikan bilirubin yang bereaksi tak
langsung di dalam serum sangat berbahaya karena menyebabkan kernikterus. Pada
bayi prematur, bilirubin tak langsung serum antara 160-270 mikromol/l. Bila
bilirubin serum mencapai tingkat kritis ini, maka dinasehatkan untuk tranfusi
tukar.