Sunday, January 2, 2011

Remaja & Pacaran

Wajarkah jika remaja Anda mulai melirik lawan jenisnya? Tidak mudah menjawab pertanyaan ini. Sebagian orangtua mengatakan biasa karena hormon-hormon seksual mereka mulai terbentuk. Lagipula, kalau kebanyakan anak di SMU sekarang biasa berpasangan, tentu aneh jika remaja kita masih sendiri saja. Orangtua lain ada yang takut kalau-kalau terjadi apa-apa. Cinta yang terjadi di antara remaja kebanyakan masih cinta monyet. Mereka masih sulit memegang komitmen. Karena itu ada baiknya proses pacaran ditunda dulu sampai paling tidak, tingkat dua atau tiga di perguruan tinggi. Pertanyaan yang paling mendasar ketika anak kita memasuki usia remaja adalah bagaimana menyiapkan mereka menghadapi lawan jenis? Bagaimana agar mereka mampu mengatakan “tidak”, baik terhadap godaan teman maupun diri mereka sendiri
Pacaran Zaman Sekarang
Perlu kita pahami beberapa pola remaja masa kini dalam berpacaran (tentu punya beberapa perbedaan dengan remaja era 70-an):

Remaja sekarang pacaran sebagai hiburan saja, bukan untuk menikah. Dengan kata lain, menikah bukanlah tujuan utama mereka berpacaran. Tidak sedikit orangtua bereaksi negatif saat tahu anaknya mulai pacaran. Ada yang panik, bingung dan marah serta melarang. Perlu sekali kita bertanya dan memahami latar belakang dan alasan anak kita. Lalu kita memberi pandangan dan harapan kita tentang mereka.


Yang dibutuhkan anak dari orangtua adalah bimbingan agar mereka melakukan hal yang benar. Jika reaksi kita panik lalu marah-marah, pintu komunikasi dengan anak bisa-bisa langsung tertutup. Padahal komunikasi menjadi kunci utama agar si anak bisa memikirkan kembali apakah ini sudah waktunya untuk dia berpacaran. Untuk ini ada dua hal penting yang kita perhatikan, agar pintu komunikasi dengan anak terus berjalan baik:

1. Seberapa dekat hubungan batin kita dengan anak. Hubungan ini akan menimbulkan rasa percaya kepada orangtuanya. Anak lebih menghargai pendapat ayah dan ibunya.

2. Kebutuhan cinta anak terpenuhi di rumah. Jika anak merasa tidak dicintai, dia cenderung mencari kebutuhan ini di luar rumah, di antara teman-temannya. Alangkah bahayanya kalau ternyata dia mendapat cinta di tempat yang salah.

Alasan kedua, remaja mencoba pacaran adalah untuk menunjukkan harga diri mereka. Anak-anak yang self esteem-nya kurang baik, berusaha mencari kebanggaan dengan cara punya pacar yang bisa dia banggakan. Dia ingin diakui teman-temannya. Jika dia sudah punya pacar dan pacarnya cantik, apalagi pintar maka dia akan merasa bangga dan harga dirinya bertambah.

Sebagai orangtua kita perlu mencegah hal ini dengan cara membangun harga diri anak sejak dini. Sesering mungkin memuji dan mengapresiasi anak di rumah. Jikalau harga diri anak kurang dibangun pada waktu mereka kecil, anak bisa mencari kompensasi lewat pergaulan demikian. Ironisnya dalam situasi ini mereka bisa cepat berganti pacar. Pada akhirnya ini menjadi preseden buruk di masa dewasa mereka nanti. Bisa saja ini membuat mereka terlatih untuk bercerai. Sebab mereka terbiasa berpacaran tanpa komitmen.

Ketiga, remaja yang belum matang untuk berpacaran ini biasanya berpikiran bahwa dunia adalah milik mereka berdua. Mereka bisa begitu tidak peduli pada orangtua dan saudara-saudaranya. Mereka mengabaikan sahabat dan peer group-nya.

Dalam kondisi ini muncullah perasaan yang tidak nyaman dalam diri orangtua, sebab merasa anak mengabaikan mereka. Ada perasaan cemburu dan kecewa ketika mengetahui anak mereka lebih peduli pada pacarnya. Menghadapi situasi ini kita sebagai orangtua perlu lebih sabar dan bijaksana. Kita perlu atur strategi untuk “merebut” hati anak kita. Jangan jadikan anak musuh, sebab itu akan membuat si anak malah lebih “nempel” pada pacarnya. Mereka bisa “main belakang”, dan itu lebih berbahaya. Dalam situasi ini kita perlu memiliki daya tahan yang kuat, siap terluka dan dikecewakan.

Komunikasi lewat ngobrol dan cerita media terbaik untuk berbicara kepada anak tentang pacaran adalah cerita. Misalnya kita bisa bagikan pengalaman Amnon dan Tamar. Setelah Amnon berhubungan seksual dengan Tamar justru yang terjadi kemudian adalah perasaan benci. Hal inilah yang sering terjadi jika selama pacaran melakukan hubungan fisik mendalam. Dengan demikian kita bisa mendorong anak agar menjaga dirinya selama membangun hubungan istimewa dengan lawan jenisnya. Melalui cerita kita bisa ingatkan pada anak kita, bahwa saat menikah pria lebih senang jika kekasihnya itu masih perawan. Jika Anda sudah melakukan hubungan fisik sebelumnya dengan seseorang, hal itu bisa sangat mengecewakan pasangan Anda.

Beberapa remaja mencari pacar dan mencintai secara tidak matang adalah karena kesepian, bisa juga ikutan teman, ingin lepas dari rasa kesepian dan mau lari dari lingkungan keluarga yang tidak bahagia (orangtua keras dan kaku dan sering konflik).

Lewat diskusi ini kita bisa membangun nilai dan konsep yang benar pada anak-anak kita. Kemudian menyampaikan pesan Tuhan dalam hidup mereka. Penting diobrolkan bahwa menjaga kesucian dan kemurnian hidup selama mereka remaja adalah hal utama. Orangtua juga perlu membantu remajanya bergaul dan bersahabat dengan baik sampai suatu hari bertemu teman khusus (pacar) yang pribadinya matang dan bertanggung jawab, untuk memasuki pernikahan.

Beberapa saran praktis kami adalah:

1. Bicarakan dengan mereka kebutuhan ini. Ajak anak ngobrol tentang teman yang ia sukai itu: seperti apa pribadinya, bagaimana hubungannya dengan Tuhan. Tanyakan juga hubungan temannya itu dengan orangtuanya. Pada saat tertentu ajak anak membicarakan satu-dua kasus. Lalu ajari dia bisa melakukan tindakan praktis untuk mencegah hal-hal buruk. Misalnya, “Jikalau kamu diajak nonton film porno, apa yang akan kamu lakukan?” Tanyakan juga pendapatnya tentang “Teman-temannya yang sudah tidur dengan pacarnya sampai hamil.” Kita membantu mereka agar tidak jatuh cinta secara premature. Sebaliknya menyiapkan mereka saling jatuh cinta ketika mereka sudah matang secara pribadi dan emosi.

2. Perhatikan bagaimana pergaulannya dengan lawan jenis. Apakah remaja Anda cenderung bersikap sembarangan atau menghargai lawan jenisnya. Kenali siapa saja temannya dan bagaimana dia bersahabat. Apa pandangan sahabat-sahabatnya tentang dirinya.

3. Jikalau memungkinkan dari sejak awal usahakan berkenalan dengan orangtua pacar anak kita dan bekerja sama dalam menolong mereka menjalani masa itu dengan baik.

4. Belikan mereka bacaan yang praktis tentang berpacaran secara baik serta mengajak mereka ke seminar-seminar Love, Dating, Sex yang berbasis agama

Penjelasan lanjut topik ini dapat membaca buku kami “Sembilan Masalah Utama Remaja” dan “Semua Anak Harus Tahu.” Kami juga telah mengadakan seminar “Mengenalkan Konsep Seks, Cinta dan Pacaran”, di Jakarta, tanggal 8 Maret 2010. Pembicara: Pdt. Julianto Simanjuntak & Prof. Dr. Wimpie Pangkahila. Info: Grup FB “Peduli Konseling Nusantara (Pelikan)”. Email: info@pedulikonseling. or.id

Sumber: Majalah Bahana, Mei 2010

No comments:

Post a Comment

Manfaat Bayam Brazil

  Manfaat Bayam Brazil 1. Kaya Akan Antioksidan Salah satu  manfaat bayam Brazil  yang utama adalah kandungan antioksidannya yang tinggi. ...